Setiap orang yang sempurna tentu bisa mendengar, namun sayangnya tidak semua orang mau dan mampu mendengarkan. Padahal mendengarkan adalah komponen penting dalam kehidupan berumah tangga dan mengasuh anak.
Baik itu seorang ibu, ayah atau pun anak butuh untuk didengarkan mulai dari kegiatan rutinitas, pekerjaan, sekolah dan segala masalah yang sedang dihadapi.
Menjadi seorang ibu sekaligus seorang istri terkadang membuat seorang wanita menjadi jenuh dengan rutinitas yang ia lakukan. Pekerjaan rumah yang tiada habisnya, mengasuh anak, mengurus keperluan anak dan suami tak jarang membuat istri "stress" dan butuh didengarkan segala penat yang sedang dirasakan. Hanya dengan didengarkan "mood" wanita akan kembali ceria.
Begitu juga seorang suami, menjalani rutinitas pekerjaan yang berat, serta tuntutan dari atasan membuat ransel emosi penuh dan beban ini bisa ringan ketika menceritakan kepada terkasih yaitu seorang istri.
Sama halnya dengan seorang anak, anak pun butuh didengarkan, didengarkan adalah salah satu bentuk kasih sayang dari orang tua. Hendaknya orang tua banyak mendengarkan penjelasan anak sebelum menasehatinya.
Menjadi pendengar yang baik sangat diperlukan demi kenyamanan dan keharmonisan hubungan keluarga. Namun perlu kita perhatikan bagaimana cara untuk menjadi pendengar yang baik.
Bukan sekedar mendengarkan tapi juga harus memahami apa yang dibicarakan, serta tidak memotong atau pun menyela pembicaraan apalagi mengganti topik yang sedang dibicarakan.
Mendengarkan dengan baik yaitu dengan benar-benar memberikan perhatian yang penuh. Mendengarkan tanpa memberikan perhatian justru akan menyakiti perasaan lawan bicara, maka sebaiknya dengarkan dengan memberikan kontak mata yang baik tidak menatap benda lain seperti gadget dan yang lainnya selain lawan bicara. Hal ini akan membantu kita lebih memahami kata kata yang lawan bicara diucapkan baik itu istri, suami maupun anak.
Begitu juga dengan ekspresi wajah ketika mendengarkan, saat yang diceritakan sedih maka mimik wajah pun harus menunjukkan bahwa kita merasa empati atas masalah yang sedang dihadapi. Serta turut merasakan apa yang lawan bicara rasakan agar bisa memberikan solusi terbaik nantinya.
Selanjutnya ketika mendengarkan usahakan untuk mencondongkan badan ke arah lawan bicara. Mencondongkan badan dan mendekati, atau bahkan memangku anak ketika ia berbicara memberikan kita energi yang diperlukan untuk menjadi pendengar yang baik.
Usahakan tidak langsung menghakimi ketika anggota keluarga menceritakan tentang masalahnya. Namun tunggu waktu yang baik untuk memberikan solusi atas masalah yang dihadapi.
Dengan mendengarkan kita akan lebih dicintai, beban hidup akan terasa lebih ringan, dan konflik pun terselesaikan. Selain itu kelak anak juga akan belajar dari orang tuanya untuk bisa mendengarkan dengan baik pula.🙂
*Semoga bermanfaat*
Copas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar