Mengenai Saya

Foto saya
Teruslah bergerak. hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.Teruslah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu. Life is not just happy yourself, but share your happiness to those around us because it will increase happiness when shared. Donna toki ni mo inori o wasurenaide Jalmi tiasa suksés, margi gaduh seueur cara.آدَبُ المَرْءِ خَيْرٌ مِنْ ذَهَبِهِ

Minggu, 27 Oktober 2019

Kunci cerdas anak adalah kerja sama orang tua.



https://www.instagram.com/deju_salju/



Kunci cerdas anak adalah kerja sama orang tua. #Metime
Salah satu kunci kecerdasan, etika/ bagus adab seorang anak ada pada kensep parenting orang tua. Keberhasilan anak adalah kesuksesan orang tua, keberhasilan yang sebetulnya adalah ketika anak sudah tahu benar dan salah, dan sudah mengenal siapa dirinya yakni dengan konsep sudah terpatri ketauhidan di hatinya. 😂😁😍
Anak perlu waktu bersama keluarga, diajak berbuat kebaikkan, diajak terutama mengenal Allah, diajak berbagi/ berinfaq(mengajarkan empati) , jalan jalan(menambah wawasan dan berjalan kaki lebih sehat) , memasak bersama(memupukkan kebersamaan dan melatih motorik) , mencuci bersama, dilembutkan(etika berbicara) , berkata baik(berbicara sopan) , positif (anak yang bijaksana itu karena suka terlatih dri pembiasaan hal baik) , tidak berghibah(stop bergosip(, diajak mainan tradisional(melatih asfek kecerdasan, etika, kesabaran, motorik), diajak melakukan hal kesukaannya, dihargai karyanya, dikenal teman n sahabatnya, berbagi cerita motivasi, dibacakan cerita, dibacakan kisah Rasulullah/sahabat, diajak mandiri, diajak kuat, diajak mencintai hewan, mencintai buku dll.😻💟💞
Jadi intinya adalah orang tua menjadi salah satu cerminan anak😍😅🤩.
Sebanyak apa pun les les anak (les musik, matematika, les renang, les ini, les itu) yang diikuti justru malah membuatnya tertekan bila tidak ada waktu main bersama keluarga, membuat kelelahan ditahun berikutnya, tuntutan harus rangking/ bisa ini itu tanpa penjelas membuatnya tersakiti, anak bukan robot yang harus mengikuti alur keinginan orang tua, cobalah bertanya dan dibantu, dikembangkan potensinya. (untuk usia TK dan SD, jangan banyak mengikuti banyak les).
Potensi setiap anak berbeda beda, jangan tuntut anak seperti kakaknya (itu melukai dan kita juga orang dewasa tidak mau kan dibandingkan😭😢😥??)
By the way, potensi anak itu banyak sekali.... Bukan hanya harus cerdas di satu bidang, bukan hanya harus menguasai misal maaf matematika saja. 😛😜😋
Anak suka menggambar, itu juga potensi.
Anak suka berbagi makanan, itu juga potensi.
Anak suka menyayangi hewan
Itu juga potensi toch🦉🐧🙊🐗🐺
Semua anak cerdas, berpotensi dan itu semua kuncinya adalah ada dalam penanaman pola asuh untuk anak dari orang tua.
Maka mari selamatkan anak anak kita, dengan memberikan perhatian, motivasi positif, teladan langsung (jangan sampai ada istilah anak saya ketergantungan games, hp, ps sehingga emosinya tdk bagus tapi ternyata orang tua sendiri yg membiarkan anak seperti ini misal memfasilitasi untuk membuatnya diam, anteng justru ini menghancurkannya, tidak ada waktu bersama anak, menuntut anak ini itu).
🤣😍😘 hayu sholih/ah bersama sama biar anak semakin kokoh pendiriannya, semakin kuat kepercayaan dirinya.
Anak bukan hanya butuh harta sehingga kita sibuk sana sini cari segumpal mas berlian, tapi ia perlu waktu kita juga untuk menemaninya.
Sudahkah kita pernah memuji hasil karya anak?
Sudahkah kita mengajak sholat berjamaah di mesjid?
Sudahkah raport dan kegiatan parenting anak disekolah kita gesit untuk mengambil dan mengikutinya? 😳🤭😱
Sudahkan kita bertanya hal baik apa saja yg suka dilakukan anak kita?
Sukakah kita merapikan galingan buku tulis anak anak dan memberikan tulisan di buku tulisnya, kata kata positif (anandaku, semangat ya menulisnya biar hebat)
Adakah waktu kita untuk mengajaknya potong kuku?
Adakah waktu kita untuk menonton film kartu bersamanya?
Adakah waktu berlomba bersepeda dengannya?
Sudahkan kita menstop hilang kata nakal, membicarakan ke jelekan anak kita kepada orang? (Allah saja menjaga aib kita, eleuh eleuh kita malah mengeluhkan, membicarakan kekurang baikkan anak kita pada orang😣😩😭). Berdoalah pada Allah agar anak kita berubah, dan kita memantaskan diri kembali menjadi lebih baik agar jadi teladan. Bisa jadi anak seperti itu, karena ada sikap kurang baik kita yang membuatnya berontak sehingga ia begitu begini oh doraemon (oups kok jadi ke sana 🤩😱🤭)
Bersyukurlah kita mempunyai anak, karena anak adalah harta paling mahal yang tdk bisa dibeli oleh berlian sekalipun, anak kita ini aset surga kita
Ia adalah amanah titipan berharga, yg tak sembarang kita memperlakukannya, ia mempunyai hati untuk kita jaga, ia mempunyai harapan yg tinggi, ia polos dan percaya pada kita, ia diibaratkan kertas yg putih dan kita yg akan membantu tulisan warna kehidupan apa u membantunya berjalan di bumi yang fana ini.
Bersyukurlah mempunyai anak, diluar sana banyak orang lain yg belum dikarunia anak, bahkan menantikannya bertahun tahun
-memilikinya bukan berarti harus berlebihan dalam mencintainya sehingga justru malah membuat anak tertekan, membuatnya seperti robot, tidak boleh ini itu tanpa penjelasan, harus ini itu semesntara kitanya tidak menjadi teladan.
2018 lebih cerdas, dan perhatian pada anak sesuai parentingnya
2018 kita pataskan diri bersama
2018 sama sama kembali menggapai tujuan kita ya itu Allah
Harta, jabatan, rupa adalah titipan dan titipan yang paling berharga adalah anak.
Just share. Semoga bermanfaat.
#renunganuntukdirisendiri
byDeju 
https://m.facebook.com/DeJu.Dzahabiyah https://mobile.twitter.com/Deju_Salju https://www.instagram.com/deju_salju/ https://www.youtube.com/channel/UCIftot0-HIhzTNsCxEim5zA https://mobileedukasi.home.blog/ Sit_Matahati OBJ=Orang
https://mobileedukasikarakter.wordpress.com
http://bit.ly/DejuSalju
https://mobileedukasikarakter.wordpress.com
https://mobileedukasikarakter.wordpress.com
http://bit.ly/deju_salju

Senin, 14 Oktober 2019

Anak dan Idolanya* Oleh : Zulia Ilmawati, P.Si




#DuniaParenting- Setiap orang memiliki kecenderungan mencari sosok yang bisa dijadikan idola bagi dirinya. Setidaknya bisa mewakili perasaan,  pendapat, keinginan dan cita-citanya. Sang idola juga akan menjadi inspirator bagi orang yang mengidolakannya. Bila kita memperhatikan secara cermat pertumbuhan anak, anak peniru yang ulung. Dia belajar dari apa yang dia lihat dan dia dengar. Menginjak usia remaja, sosok idola tak hanya di dikagumi; juga akan ditiru gaya, penampilan, bahkan perilakunya. Mereka bisa meniru dan bertindak seolah-olah memilki kehebatan seperti apa yang dimiliki tokoh yang mereka kagumi. Bahkan tunduk dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh sang idola.

Mengidolakan sosok tertentu dalam kehidupan adalah sesuatu yang lumrah. Baik sosok di dunia nyata seperti orang tua, guru, ulama, artis hingga sosok fiktif seperti tokoh-tokoh cerita film dan cerita fiksi. Idola pertama anak biasanya adalah figur terdekat, orang tua atau pengasuhnya. Bertambah usia anak, tokoh idola pun mulai bergeser ke figur yang berada di luar keluarga. Diantaranya tokoh-tokoh fiktif semisal superhero.

Bagi seorang anak, Idola berperan penting dalam tumbuh kembangnya.
Memiliki idola dapat mendorong anak berkembang secara positif. Jika sang idola misalnya, adalah sosok yang suka menolong. Anak yang mengidolakannya dapat terdorong untuk melakukan perilaku serupa. Masalahnya, tidak semua sosok idola adalah sosok yang ideal. Bagi mereka yang berada di usia remaja, pemilihan idola sering tidak menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang adaptif secara sosial maupun nilai-nilai agama.

 Banyak remaja yang mengidolakan tokoh-tokoh yang di mata masyarakat justru merupakan tokoh yang pandangan dan perilakunya dianggap negative. Misalnya saja pecandu narkoba, pelaku tindak criminal, mereka yang sering berbuat maksiat dan sebagainya. Ini tentu akan berpotensi mempengaruhi para remaja tersebut untuk berperilaku secara tidak adaptif pula.

 /Temani Anak Memilih Idolanya/

Supaya anak kita bisa meneladani sang idola secara benar, penting bagi orang tua untuk memilihkan atau mengarahkan anak agar bisa mengidolakan tokoh yang memang benar-benar pantas diidolakan. Tokoh ini bisa dijadikan rujukan dalam kebaikan atau menginspirasi kebaikan. Harus diingat, selain bisa memberi dorongan positif tokoh idola juga bisa memberi dorongan negative. Tokoh-tokoh khayal kepahlawanan dalam film-film yang disukai anak anak hampir semuanya berbau kekerasan. Disinyalir tayangan-tayangan  seperti ini berpengaruh terhadap perilaku anak. Berbagai penelitian mengatakan,  bahwa cerita-cerita dan tayangan kekerasan mendorong anak yang tidak memiliki kecenderungan bersifat anarkis untuk mencoba dan menirunya, juga dapat menambah kenakalan pada anak yang memiliki kecenderungan sikap anarkis. Kecenderungan anak yang sering terpapar film yang mengandung unsur tindakan anarkis untuk bertindak “nakal” menjadi lebih tinggi daripada anak yang tidak menontonnya.

Siapa idola yang dipilih anak, orang tua perlu memberikan pertimbangan-pertimbangan yang dirasa baik untuk anak. Mau tidaknya anak mendengarkan pertimbangan-pertimbangan yang diberikan orang tua bergantung pada sejauh mana hubungan orang tua dengan anak-anaknya. Dengan perkembangan teknologi saat ini, orangtua dapat menampilkan berbagai sosok yang layak dijadikan idola yang dianggap baik. Yang paling penting dalam penggunaan media, apapun bentuknya, adalah membicarakan isi dan pesan yang disampaikan dari media-media. Misalnya setelah menonton sebuah film mengenai perjuangan seorang tokoh, orang tua dapat berbicara mengenai pentingnya menjadi sosok yang pantang menyerah meskipun sering gagal. Seperti kisah tokoh yang diceritakan dalam film yang ditonton.

Orang tua kadang perlu mengajak anak melihat bagaimana konsekuensi sikap dan perilaku sosok-sosok yang hendak dipilih menjadi idola. Agar anak tidak hanya melihat apa yang tampak dari luarnya saja, tetapi juga latar belakang dan siapa sejatinya tokoh yang diidolakan. Misalnya saja, orang tua dapat menunjukkan bahwa ada tokoh yang tampak sukses dan berhasil dalam karir misalnya, tetapi merupakan kewajiban-kewajibannya sebagai muslim, atau mengabaikan keluarganya. Tentu ini tak pantas untuk diidolakan. Hal ini akan mendorong anak untuk lebih melihat kedalaman dalam memilih idola dibandingkan hanya sekedar penampakan, penampilan dari luar saja.

Keberadaan idola bisa menjadi motivator bagi anak. Tugas orang tua untuk “memancing” anak mencari kelebihan yang dimiliki sang idola. Jelaslah peran orang tua dalam memberikan arahan yang layak menjadi idola kepada anak sangat penting. Sang idola akan mempengaruhi arah dan cita-citanya.

/Rasul Dan Para Sahabat Sebagai Idola/

Siapa yang menjadi idola anak sangat bergantung pada promosi lingkungan yang diterima anak. Dalam hal ini orang tua dan media memiliki peran yang sangat penting karena dari situlah anak biasanya mengenal Idolanya. Oleh karena itu, di samping meminimalkan pengaruh buruk media, orang tua juga harus sejak dini mengenalkan tokoh-tokoh sangat layak diidolakan seperti Rasulullah SAW, para sahabat dan pejuang Islam.

Bertambahnya usia, anak akan mampu belajar menentukan pilihannya lewat temuannya sendiri, seperti membaca, melihat atau mendengar. Seorang anak dapat mengidolakan Rasulullah SAW dari membaca buku. Apalagi jika diperkuat dengan seringnya mendengar paparan kehidupan Rasulullah SAW melalui cerita orang tua atau guru. Kepada anak harus dikenalkan Rasulullah SAW, para sahabat dan pejuang Islam lainnya. Merekalah yang harus menjadi Inspirasi dan idola anak-anak Islam yang sesungguhnya.

Sejak lama sudah menjadi magnet kuat bagi manusia yang cinta kebenaran. Rasulullah SAW adalah salah satu daya tariknya. Para sahabat menjadikan beliau guru, sahabat sekaligus panutan dalam kehidupannya. Allah SWT menegaskan dengan sangat jelas dalam firmanNya: “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab : 21)

Rasulullah SAW telah menginspirasi banyak manusia. Islam yang beliau bawa mampu menjadi sumber keberanian dan motivasi dalam hidup. Karena itu maka banyak dari pengikut Rasulullah SAW yang layak dan pantas kita jadikan idola dalam kehidupan kita.  Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian pada 3 perkara: mencintai nabi kalian, mencintai Ahlul Baitnya dan membaca Alquran. Sebab orang-orang yang memelihara AlQuran itu berada dalam lindungan Singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindunganNya beserta para nabiNya dan orang-orang yang suci (HR.  Ath Thabrani)

 Belajar Dari Generasi Awal
para sahabat dan ulama salaf sangat suka menceritakan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW terhadap anak-anak mereka, dengan diselingi materi pelajaran Al Quran. Pemahaman terhadap sejarah kehidupan Nabi SAW diyakini akan memberikan pengaruh kepada pendidikan dan perkembangan jiwa anak. Pemahaman yang baik terhadap kepribadian Nabi SAW akan menumbuhkan rasa cinta anak terhadap pribadi beliau. Kecintaan kepada Rasulullah SAW merupakan wujud kesaksian yang kedua, setelah kepada Allah SWT.

Ada beberapa cerita kepahlawanan yang bisa kita kenalkan kepada anak. Antara lain adalah Khalid bin Walid. Beliau adalah mantan Panglima perang kafir Quraisy ketika memukul mundur pasukan kaum Muslim di Perang Uhud. Ternyata kemudian ia terpesona dengan Islam. Islam lalu mengubah dirinya dari sosok yang jahat menjadi baik di jalan kebenaran Islam.
Ada Usamah bin Zaid, seorang pemuda, putra dari Zaid bin haritsah (anak angkat Rasulullah SAW). Pada usianya yang baru 18 tahun sanggup menjadi jenderal tentara pasukan Rasulullah SAW. Ia berjaya menaklukkan tentara Romawi. Ketika itu, diantara yang dipimpin adalah para sahabat senior seperti Abu Bakar Siddiq, Umar dan sebagainya. Usamah bin Zaid adalah seorang pemberani. Ahlaknya sungguh mulia. Lemah lembut. Pada siang hari bagaikan singa yang berjuang. Pada malam hari menangis di hadapan Tuhannya.

Ada pula Muhammad al-fatih. Pada usianya yang masih 21 tahun berhasil memimpin pasukan menaklukkan kota Konstantinopel . Kemenangan ini seolah sebagai pembuktian dari ucapan Rasulullah SAW 600 tahun sebelumnya. “Pasti akan ditaklukan Konstantinopel. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang menaklukan Konstantinopel dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan itu”.
Ada lagi Thariq Bin Ziyad. Seorang pahlawan Islam yang menaklukkan daratan Spanyol. Dengan keyakinannya pada pertolongan Allah dan semangat jihad yang membara, ia membakar kapal-kapal yang telah membawa pasukannya dari daratan Afrika agar mereka tidak punya pikiran untuk melarikan diri. Ia berkata “Wahai pasukanku, di belakang kita lautan. Tiada jalan lagi untuk lari. Di hadapan kita kemenangan atau syahid  menanti.
Masih banyak sosok lain dalam sejarah peradaban Islam yang pantas untuk dijadikan teladan dan idola. Dengan mengenalkan sosok,  kehidupan dan perjuangan mereka pada anak-anak, insya Allah mereka akan menjadi idolanya. Suatu saat, cepat atau lambat, anak-anak kita juga akan berusaha seperti mereka. Inilah sosok idola yang sebenarnya, bahkan boleh dibilang superhero sejati, karena semua itu adalah sosok yang nyata. Bukan rekaan atau khayalan.

Rasulullah SAW pernah bersabda : “Kita di akhirat akan berada bersama orang yang kita cintai”. Wallahu a’lam[]

Sumber : Majalah Al Wa'ie edisi Februari
-----------
#DuniaParenting
#SahabatKeluargaMuslim

https://m.facebook.com/DeJu.Dzahabiyah https://mobile.twitter.com/Deju_Salju https://www.instagram.com/deju_salju/ https://www.youtube.com/channel/UCIftot0-HIhzTNsCxEim5zA https://mobileedukasi.home.blog/ Sit_Matahati OBJ=Orang
https://mobileedukasikarakter.wordpress.com
http://bit.ly/DejuSalju
https://mobileedukasikarakter.wordpress.com
https://mobileedukasikarakter.wordpress.com
http://bit.ly/deju_salju

Jangan Kalah DENGAN Sedekah Orang Miskin

Suatu siang. Di persimpangan jalan yang tak terlalu besar. Seorang pengendara Pajero Sport keluaran terbaru membuka sedikit kaca jendela mob...